Butuh Liburan Sehat Ini Tips Aman dan Nyaman Staycation di Masa Pandemi

Butuh Liburan Sehat? Ini Tips Aman dan Nyaman Staycation di Masa Pandemi

Masa pandemi mengharuskan kita untuk stay at home. Meski demikian, anda juga bisa liburan sehat untuk menghilangkan rasa bosan. Liburan sehat bisa anda lakukan dengan memperhatikan tips aman dan nyaman staycation di masa pandemi.

Deretan Tips Aman dan Nyaman Staycation di Masa Pandemi

Dengan tips berikut ini, anda bisa liburan seru namun tetap terjaga kesehatannya selama masa pandemi.

Senantiasa Menjaga Kebersihan Diri

Salah satu tips aman staycation di masa pandemi yaitu selalu menjaga kebersihan diri, seperti menggunakan hand sanitizer. Jangan lupa juga untuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.

Jaga Daya Tahan Tubuh

Staycation di masa pandemi akan aman dan nyaman apabila daya tahan tubuh anda baik. Dalam hal ini, anda bisa persiapkan diri dengan selalu mengonsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi. Imbangi juga dengan olahraga.

Tak hanya itu, anda juga perlu membawa obat-obatan dan multivitamin. Dengan demikian, stamina tubuh akan tetap fit sepanjang hari.

Masih berkaitan dengan daya tahan tubuh, anda sebaiknya cek terlebih dahulu. Apabila kondisi kesehatan tubuh kurang baik dan tidak memungkinkan untuk bepergian, sebaiknya liburan ditunda dulu.

Patuhi Protokol Kesehatan

Tips nyaman staycation selama masa pandemi lainnya yaitu taat protokol kesehatan. Pastikan anda selalu menggunakan masker di mana saja anda berada. Selain itu, anda juga harus jaga jarak.

Hindari Keramaian

Saat liburan, anda juga perlu mempertimbangkan lokasi wisatanya. Alangkah lebih baik jika anda memilih tempat liburan yang tidak ramai. Sebagaimana yang kita tahu, di masa pandemi ini kita harus menghindari kerumunan.

Tips Saat Menginap

Ketika anda menginap, tak terkecuali di hotel, ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan. Hal pertama, saat check in. Anda sebaiknya membawa pulpen sendiri sebab proses check in mengharuskan anda untuk tanda tangan.

Selain itu, anda disarankan untuk membawa peralatan mandi sendiri. Baik itu handuk, pasta gigi, sikat gigi, dan lain sebagainya.

Tips aman dan nyaman staycation di masa pandemi yang tak kalah penting lainnya, anda harus memilih penginapan yang memberlakukan standar kesehatan ketat.

Waspada, ini Kondisi Kesehatan yang Dilarang untuk Berpuasa

Waspada, Ini Kondisi Kesehatan yang Dilarang untuk Berpuasa

Puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh semua umat muslim yang sudah memenuhi persyaratan. Namun ada juga orang yang dilarang untuk berpuasa karena kondisi kesehatannya kurang mendukung. Hal ini dikhawatirkan bisa berakibat fatal karena dipaksa untuk berpuasa.

Inilah Kondisi Kesehatan yang Dilarang untuk Berpuasa

Orang dengan Gangguan Pencernaan Akut

Seseorang yang memiliki gangguan pencernaan akut sebaiknya untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Pada dasarnya, puasa memang bisa mengurangi kadar asam lambung dalam tubuh seseorang. Hanya saja, bau makanan bisa memicu kenaikan asam lambung.

Jika penderita sudah mengalami muntah dan keringat dingin, sebaiknya segera melakukan pengobatan rutin. Hal inilah yang mengakibatkan penderita gangguan pencernaan akut tidak diperbolehkan berpuasa.

Vertigo

Ada juga penderita vertigo yang sebaiknya tidak berpuasa. Pasalnya, puasa bisa memicu seseorang mengalami dehidrasi, kelaparan, tidur tidak cukup, dan aktivitas di bawah terik matahari secara langsung. Hal ini akan membuat penyakit vertigo kambuh.

Orang yang menderita vertigo dilarang untuk berpuasa karena membutuhkan istirahat yang cukup. Sakit kepala yang sudah tidak bisa dikendalikan akan semakin parah jika tidak diberi asupan makanan atau obat.

Penderita Gagal Ginjal Kronis

Seseorang yang mengidap penyakit gagal ginjal kronis biasanya harus cuci darah dan menerima donor. Hal ini tidak seharusnya berpuasa karena bisa berisiko tinggi pada kesehatannya.

Orang yang cuci darah cenderung mengalami dehidrasi yang berlebih. Bahkan mengalami hiperviskositas yang bisa merusak fungsi ginjal.

Orang yang Memiliki Gangguan Pernafasan Akut

Ternyata seseorang dengan gangguan pernafasan akut juga tidak diperbolehkan berpuasa. Hal ini seperti penyakit asma atau PPOK yang membutuhkan pengobatan rutin dan tepat waktu. Jika penyakit ini asma ringan boleh berpuasa dan menggunakan inhaler untuk meredakannya.

Pasien yang Dirawat di Rumah Sakit

Kondisi terakhir yang tidak diperbolehkan berpuasa adalah seseorang yang sedang sakit dan menjalani rawat inap. Pasalnya, mereka menerima nutrisi dari infus. Selain itu, makan teratur bisa membantu pemulihan agar cepat sembuh.

Ketahui beberapa keadaan yang dilarang untuk berpuasa. Jangan paksakan diri jika memang kondisi kesehatan tidak memungkinkan.

Aktivitas Lansia Cegah Osteoporosis Saat Pandemi, Dijamin Tetap Bugar

Aktivitas Lansia Cegah Osteoporosis Saat Pandemi, Dijamin Tetap Bugar

Tahukah anda, pandemi Covid-19 mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Aktivitas lansia untuk cegah osteoporosis selama pandemi pun perlu kita edukasikan.

Dengan adanya pembatasan aktivitas, semua akan kembali kegiatan tubuh yang terbatas. Hanya melakukan dengan lingkup rumah dan serba terbatas.

Hal ini bahkan akan sangat berpengaruh pada usia lanjut. Nah, bagaimana tips tetap bugar untuk para lansia pada masa pandemi Covid-19, simak ulasan di bawah ini.

Inilah Aktivitas Lansia Untuk Cegah Osteoporosis

Berikut ini dapat anda coba secara mudah. Bisa anda lakukan dari rumah dan mematuhi protokoler Covid-19.

Berjemur

Salah satu cara ini dapat anda lakukan di lingkungan rumah. Cukup pada pagi hari sekitar 10-15 menit sudah cukup, asal anda lakukan pada pagi hari. Karena matahari pagi memang baik untuk tubuh, juga akan berpengaruh pada osteoporosis bagi lansia.

Konsumsi Makanan Sehat

Aktivitas lansia cegah osteoporosis yang utama adalah menjaga konsumsi makanan. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh anda.

Jangan lupakan bahwa tubuh anda perlu memenuhi nutrisi, misalnya vitamin D. Karena tulang akan lebih sehat dengan asupan tersebut.

Olahraga Ringan

Dalam menjaga kesehatan tulang anda ini, sebaiknya anda perhatikan dengan baik sejak dini. Tidak harus menunggu lansia untuk sadar akan kesehatan tulang dan tubuh.

Nah, untuk para lansia akan lebih baik jika melakukan peregangan ringan. Jadikan kebiasaan secara rutin, namun jangan memaksa tubuh.

Lakukan pada pagi hari atau sore hari sebentar saja. Namun yang paling penting adalah rutin dalam melaksanakan kebiasaan tersebut.

Hindari Rokok

Aktivitas cegah osteoporosis yang satu ini harus anda pertimbangan. Rokok memang tidak dianjurkan, bahkan untuk anak muda. Kandungan yang ada di dalamnya tidak baik untuk tubuh. Jadi, sebaiknya anda mengurangi kebiasaan yang satu ini.

Dengan menjaga kesehatan tubuh dan tulang, akan membuat hidup lebih nyaman. Kesehatan jadi nomor satu, nikmat yang sangat disyukuri.

Aktivitas lansia untuk cegah osteoporosis yang dapat anda biasakan ini akan mempengaruhi kesehatan jangka panjang. Hal ini merupakan tabungan masa lansia anda.

Makan Mie Instan Setiap Sahur, Aman Kah? Ini Deretan Risikonya

Makan Mie Instan Setiap Sahur, Aman Kah? Ini Deretan Risikonya

Akurasi.id – Makan mie instan setiap sahur memang praktis, karena proses membuatnya cukup mudah dan cepat saji. Meski demikian, kebiasaan ini ternyata memberikan risiko bagi kesehatan tubuh. Sebab mie instan sendiri sebetulnya bukanlah makanan yang sehat.

Pada bulan Ramadhan 2021 seperti sekarang ini, banyak orang yang malas memasak menu makan sahur dan akhirnya konsumsi mie instan untuk menu sahur mereka. Tahukah anda? Makan mie instan saja akan menjadikan tubuh anda tidak memiliki energi yang cukup saat menjalankan ibadah puasa. Mengapa demikian? Ketahui risikonya di bawah ini.

Resiko Makan Mie Instan Setiap Sahur

Seperti yang kita ketahui, mie instan menggunakan bahan dasar berupa tepung yang mudah untuk dicerna. Dengan demikian, anda bisa cepat merasa lapar. Selain itu, bahan pengawet yang terkandung di dalamnya tidak baik bagi kesehatan tubuh anda.

Tubuh Akan Kekurangan Gizi

Benarkah konsumsi mie instan membuat tubuh kita kekurangan gizi? Jawabannya benar. Hal ini karena mie instan hanya memiliki kandungan nutrisi berupa karbohidrat. Oleh sebab itu, ketika anda sahur dengan mie instan, maka kebutuhan gizi tubuh anda seperti lemak, vitamin, dan protein tidak bisa terpenuhi.

Tubuh Mudah Kekurangan Cairan

Ternyata mie instan memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Dengan demikian, ini akan memberikan efek buruk pada tubuh. Salah satunya adalah tubuh akan lebih mudah mengalami kekurangan cairan. Mengapa demikian?

Sebab garam mempunyai sifat yang bisa menarik cairan. Maka dari itu, saat anda berpuasa akan lebih mudah merasa haus sepanjang hari. Ketika anda merasa semakin haus, tentu ini menjadi pertanda bahwa tubuh anda semakin dehidrasi.

Bila anda mengalami dehidrasi, maka mulut akan terasa kering dan lengket. Selain itu, anda juga lebih mudah merasa lelah dan sakit kepala. Hal yang paling buruk anda bisa sampai tak sadarkan diri.

Bagaimana Jika Terpaksa Makan Mie Instan?

Ahli gizi dr Diana F Suganda, M Kes, SpGK menjelaskan bagaimana bila memang harus makan sahur menggunakan mie instan setiap hari karena kondisi darurat?

Jika terpaksa, maka anda bisa menambahkan berbagai bahan tambahan lain seperti sayuran dan telur. Kedua bahan tambahan ini bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi dalam tubuh anda.

Dengan demikian, anda masih tetap bertenaga saat menjalankan ibadah puasa seharian meski sahur dengan mie instan. Akan tetapi, yang perlu anda ingat adalah jangan makan mie instan setiap sahur. Akan lebih baik bila anda sahur dengan menu makanan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi harian anda.

mie instan, menu praktis nan murah, berapa kali batas konsumsi harian?

Mie Instan, Menu Praktis Nan Murah, Berapa Kali Batas Konsumsi Harian?

Akurasi.id – Konsumsi mie instan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Pasalnya, dengan harga yang murah, rasa enak, serta praktis, sudah bisa membuat perut kenyang.  Namun dibalik rasanya yang lezat ini, mie instan mengandung bahan kimia saat pengawetannya.

Oleh sebab itu, mengkonsumsi mie instan dalam porsi banyak dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh. Karena mie instan mengandung natrium dan MSG yang cukup tinggi.

Namun sebenarnya kita tetap boleh mengkonsumsi mie instan. Tetapi harus membatasi waktu mengkonsuminya. Selain itu, harus diimbangi dengan makan sayur dan buah-buahan lainnya.

Sebenarnya berapa kali batasan mengkonsumsi mie instan tiap harinya? Simak ulasannya berikut ini!

Batasan Konsumsi Mie Instan Tiap Harinya, Sudah Tahukah Anda?

Dalam mie instan kurang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Oleh sebab itu, anda perlu membatasi konsumsi mie instan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi gangguan penyakit dalam tubuh.

Mie Instan Dikonsumsi Dalam Dua Kali Seminggu

Berdasarkan dokter ahli kanker rumah sakit Siloam, menyatakan bahwa mengkonsumsi mie instan jangan lebih dari dua kali dalam seminggu.

Oleh sebab itu, apabila dalam sehari sudah mengkonsumsi satu hingga dua mie instan, maka untuk hari selanjutnya harus berhenti mengkonsumsi garam. Karena dalam satu bungkus mie instan sudah mengandung banyak natrium atau garam.

Proses Pengolahan Mie Instan Ternyata Sangat Berpengaruh

Sebenarnya semua ini kembali pada tata cara pengolahan mie instan tersebut. Contohnya penggunaan tambahan protein seperti telur. Karena kandungan dalam mie instan dapat dikatakan kurang bergizi.

Sehingga apabila anda menambahkan telur maupun sayur-sayuran, dapat membantu mengisi asupan gizi masuk dalam tubuh.

Selain itu, dalam proses mengolah mie instan agar siap dikonsumsi juga harus memperhatikan air rebusan mie. Sebaiknya setelah mie instan matang, anda harus mencuci dan mengganti air tersebut.

Hal ini karena proses pembuatan mie instan menggunakan lilin. Penggunaan lilin dalam pembuatan mie instan bertujuan agar lebih tahan lama.

Diimbangi Dengan Olahraga

Konsumsi mie instan juga harus diimbangi dengan olahraga yang cukup. Hal ini agar kandungan kimia dalam mie instan bisa keluar melalui keringat yang dihasilkan saat berolahraga.

Picu Pembekuan Darah, Denmark Setop Vaksinasi AstraZeneca, Indonesia Tetap Lanjut

Picu Pembekuan Darah, Denmark Setop Vaksinasi AstraZeneca, Indonesia Tetap Lanjut

Picu Pembekuan Darah, Denmark Setop Vaksinasi AstraZeneca, Indonesia Tetap Lanjut

meski kontroversi, Indonesia masih menggunakan Vaksin AstraZeneca. Kementerian Kesehatan masih menunggu kajian BPOM dan ITAGI. (Ilustrasi)

Picu pembekuan darah, Denmark setop vaksinasi AstraZeneca, Indonesia tetap lanjut. Kementerian Kesehatan masih menunggu kajian vaksin AstraZeneca dari BPOM dan ITAGI.

Akurasi.id, Bontang – Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi masih menunggu kajian vaksin AstraZeneca dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Hal ini menanggapi penghentian permanen vaksinasi AstraZeneca di Denmark karena memicu pembekuan darah langka.

“Kita tunggu informasi lebih lanjut dari BPOM dan ITAGI ya,” kata Nadia dilansir detikHealth, Kamis (15/4/2021).

Hingga kini, vaksinasi AstraZeneca masih tetap dilanjutkan karena belum ada pencabutan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM. Terlebih, vaksin AstraZeneca masih digunakan di banyak negara dan masuk kriteria vaksin COVID-19 yang layak digunakan hingga tersertifikasi WHO.

“Penggunaan vaksinasi AstraZeneca sampai saat ini yang kita lakukan, ini belum ada satu pun kasus terkait pembekuan darah. Tentunya BPOM dan juga bersama ITAGI belum mencabut penggunaan darurat daripada vaksin Astrazeneca ini,” jelas Nadia.

Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Hingky Irawan sebelumnya menjelaskan kejadian pembekuan darah pasca vaksinasi AstraZeneca sangat langka. Efek samping usai vaksinasi AstraZeneca di Indonesia sejauh ini juga masuk dalam kategori ringan.

Namun, ia meminta masyarakat untuk mewaspadai sejumlah gejala yang tak kunjung hilang selama 2 minggu pasca disuntik vaksin AstraZeneca dosis pertama. Apa saja?

“Kalau pusing dikasih obat nggak membaik setelah 2 minggu, terus kalau ada sakit dada atau kesulitan napas, kalau misalnya sakit perut, nyeri tungkai, bengkak di tungkai, itu datang ke dokter untuk diperiksa,” jelas Prof Hindra beberapa waktu lalu.

Saat dihubungi, juru bicara vaksinasi COVID-19 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Ketua ITAGI belum memberikan komentar terkait penghentian vaksinasi AstraZeneca di Denmark hingga berita ini diturunkan.

Isu pembekuan darah tidak hanya menerpa vaksin buatan AstraZeneca. Vaksin COVID-19 Janssen buatan Johnson & Johnson juga mengalami nasib serupa. Amerika Serikat baru-baru ini merekomendasikan penghentian sementara vaksin ini karena diduga terkait pembekuan darah pada beberapa orang yang mendapat suntikan vaksin ini. (*)

Penulis/editor: Rachman Wahid