10 Gejala Bipolar Menurut Psikolog

10 Gejala Bipolar Menurut Psikolog

Akurasi.idMengutip dari National Institute of Mental Health, gangguan bipolar atau yang juga disebut depresi manik adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan tak biasa pada suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan kemampuan dalam melakukan tugas sehari-hari. Begini gejala bipolar menurut psikolog?

Pada satu waktu, orang dengan gangguan bipolar bisa merasa amat sedih dan tidak bersemangat (fase depresi), kemudian berubah menjadi sangat aktif dan gembira (fase mania) pada waktu lainnya. Tidak seperti perubahan mood biasa, setiap fase ini bisa berlangsung sampai beberapa minggu atau bahkan lebih lama.

Gangguan bipolar termasuk penyakit mental yang umum terjadi. Melansir NHS, 1 dari 100 orang mengalami gangguan bipolar di beberapa titik kehidupan mereka. Umumnya, kondisi ini terdiagnosis selama masa remaja akhir atau dewasa awal. Beberapa tokoh terkenal yang disinyalir pernah mengalami gangguan ini di antaranya adalah Vincent van Gogh, Carrie Fisher, Mariah Carey, Demi Lovato, Kurt Cobain, dan Winston Churchill.

Jika tidak segera diobati, gangguan bipolar bisa makin memburuk dan berdampak negatif pada kehidupan penderitanya. Maka dari itu, sangat penting untuk mendeteksinya sedini mungkin. Melansir laman Health, berikut beberapa tanda seseorang mengalami gejala bipolar menurut para psikolog. Dilansir dari idntimes.com, Senin (04/10/2021).

  1. Perubahan mood yang ekstrem

Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan mood yang drastis, dari mania ke depresi, atau sebaliknya. Pada fase mania atau yang juga disebut dengan fase naik, penderita akan merasa sangat senang, enerjik, dan punya rasa percaya diri yang tinggi, bahkan pada titik terparah, tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Adapun hipomania, versi mania yang lebih ringan, penderitanya tetap mengalami kondisi yang penuh enerji, namun tidak sampai kehilangan pegangan pada kenyataan.

Sebaliknya pada fase depresi atau fase turun, penderita merasa sangat sedih, terpuruk, dan kehilangan minat pada aktivitasnya. Pada fase ini, seseorang bisa memiliki perasaan negatif yang berlebihan pada dirinya sendiri yang bisa berpotensi mengarah pada pikiran bunuh diri.

Antara peralihan fase tersebut, pengidap gangguan bipolar biasanya akan mengalami fase normal. Namun, pada beberapa kasus, ada juga yang tidak demikian. Sebagian lainnya dapat mengalami apa yang disebut dengan mania campuran, yaitu kondisi di mana mereka merasakan fase depresi dan mania secara bersamaan.

  1. Sulit konsentrasi

Pada fase mania, pengidap gangguan bipolar sebenarnya bisa menjadi sangat produktif jika ia dapat memanfaatkan energinya dengan benar. Namun, jika ia tidak pandai mengontrol diri, hal yang biasa terjadi adalah ia akan meloncat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya tanpa lebih dulu menyelesaikan apa yang telah dimulai. Hal ini terjadi lantaran pengidap gangguan bipolar sangat mudah terdistraksi dan suka merencanakan hal-hal besar yang terkadang tidak realistis.

Begitu juga pada fase depresi, seseorang akan sulit untuk berkonsentrasi. Stres, sedih, dan gangguan tidur yang biasa dialami pada fase ini bisa membuat pengidap bipolar kesulitan dalam berpikir dan membuat keputusan.

  1. Cepat marah

Orang dengan gangguan bipolar bisa menjadi sangat sensitif. Mereka dapat tersinggung dan marah meskipun tanpa alasan yang jelas. Hal ini sering terjadi saat mereka dalam fase mania. Banyaknya energi dan pikiran yang terus berpacu membuat mereka menjadi mudah frustrasi, lebih-lebih ketika orang lain tidak dapat menyamai keadaan seperti mereka. Frustrasi dan kekecewaan ini jika tidak terkendali akan berubah menjadi amarah.

Sifat mudah marah ini rentan terjadi pada pengidap bipolar yang tidak segera mendapatkan pengobatan atau mereka yang mengalami perubahan mood yang cepat. Dalam jurnal berjudul Anxiety, Irritability, and Agitation as Indicators of Bipolar Mania with Depressive Symptoms: A Post Hoc Analysis of Two Clinical Trials tahun 2017, peneliti menemukan bahwa sebelum mendapatkan pengobatan, 62.4% partisipan dengan bipolar I bisa mudah marah, 76.4% bahkan mengembangkan perilaku agitasi, dan 34% lainnya mengalami kecemasan, mudah marah, dan agitasi yang parah.

  1. Hubungan seks terganggu

Kondisi emosional pengidap gangguan bipolar yang cukup rumit juga berimbas pada kehidupan seks. Pada fase mania, seseorang bisa mengalami hiperseksualitas atau peningkatan kebutuhan akan kepuasan seks. Hal ini bisa menjadi berbahaya ketika ia melakukan perilaku seksual yang berisiko dan tidak wajar demi memuaskan hasratnya yang tak terkendali, seperti masturbasi berlebihan, melakukan seks bebas dengan beberapa pasangan, terlibat dalam sadomasokis dan masokis (S&M), dan lain sebagainya.

Sebaliknya pada fase depresi, pengidap gangguan bipolar bisa mengalami hiposeksualitas, yaitu kondisi dimana seseorang memiliki gairah seksual yang rendah atau bahkan hampir tidak bergairah sama sekali. Kondisi ini dapat membuat orang tersebut merasa frustrasi dan tidak berharga, terutama pada pasangannya. Sebuah riset yang diterbitkan oleh The Journal of Sexual Medicine tahun 2018 juga menemukan bahwa laki-laki yang menderita gangguan bipolar lebih mungkin untuk mengalami gejala disfungsi ereksi dibandingkan mereka yang normal.

  1. Berbicara cepat

Pada fase mania, seseorang dapat berbicara lebih cepat dari biasanya, bahkan seperti tak ingin berhenti. Dalam kondisi yang penuh energi ini, mereka merasa amat perlu menyampaikan ide dan unek-uneknya kepada orang lain. Pengidap gangguan bipolar juga cenderung melompat dari satu topik ke topik lainnya dan hampir tidak mengizinkan orang lain untuk menyela pembicaraannya.

  1. Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang

Mengutip Health, sekitar 50% orang dengan gangguan bipolar mempunyai masalah dalam penyalahgunaan alkohol dan zat terlarang. Pada fase mania, seseorang akan banyak minum untuk menenangkan dirinya dari efek mania. Sedangkan pada fase depresi, alkohol menjadi solusi untuk memperbaiki mood yang buruk. Meski bisa membantu, kebiasaan ini dapat memperparah gejala bipolar dan membuat ketergantungan secara jangka panjang.

Mengutip Mayo Clinic, gangguan bipolar dan masalah penyalahgunaan alkohol atau zat lainnya merupakan kombinasi yang berbahaya. Masing-masing dapat memperburuk gejala dan tingkat keparahan yang lainnya. Kedua kondisi ini dapat berpotensi meningkatkan risiko perubahan suasana hati, depresi, kekerasan, hingga bunuh diri.

  1. Perilaku impulsif 

Fase mania juga membuat seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang berlebihan. Dalam kondisi ini, semua hal tampak benar dan bagus di matanya. Akibatnya, pengidap gangguan bipolar bisa berperilaku impulsif tanpa memikirkan konsekuensi dari apa yang dilakukannya, misalnya mengonsumsi obat-obatan terlarang, melakukan hubungan seks berisiko, berselingkuh, atau melakukan hal-hal lain yang merugikan diri sendiri dan juga orang sekitar.

Perilaku yang dilakukan semasa fase mania bisa berbanding terbalik saat seseorang berada dalam fase normal. Contohnya, pengidap gangguan bipolar yang berselingkuh tidak akan pernah berani melakukan hal tersebut jika ia tidak dalam fase mania.

  1. Delusi keagungan

Delusi keagungan (grandiose delusion) merupakan gejala yang umum dialami oleh pengidap gangguan bipolar saat berada dalam fase mania. Kondisi ini membuat orang tersebut merasa dirinya lebih hebat, pandai, dan unggul dibandingkan yang lain, meskipun hal itu tidak sesuai dengan kenyataan.

Orang normal sekalipun sebenarnya bisa saja memiliki konsep berlebihan mengenai dirinya sendiri. Namun, yang membedakannya adalah orang yang yang mengalami delusi keagungan merasa yakin bahwa delusinya itu benar dan tidak bisa terbantahkan.

  1. Gangguan tidur

Gangguan tidur merupakan tanda sekaligus masalah yang sering terjadi pada pengidap bipolar. Seseorang yang berada dalam fase mania bisa mengalami insomnia atau tidak cukup tidur selama berhari-hari, akan tetapi tetap merasa fit keesokan harinya. Adapun pada fase depresi, seseorang bisa mengalami hipersomnia, dimana ia akan banyak tidur, namun, tetap saja merasa lelah.

Melansir WebMD, meskipun pengidap bipolar yang mengalami insomnia tidak mempermasalahkan waktu tidurnya yang berkurang, hal ini tetap berdampak besar dalam aktivitasnya sehari-hari, mulai dari mood yang buruk, merasa lelah dan cemas, sulit berkonsentrasi, hingga berisiko mengalami kecelakaan.

  1. Ide-ide beterbangan

Pengidap gangguan bipolar yang berada dalam fase mania memiliki banyak sekali ide di benaknya. Ide-ide yang beterbangan atau pikiran yang berlomba merupakan istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ini. Hal ini juga seringkali membuat mereka seringkali kewalahan dan sulit mengontrol pikiran mereka sendiri.

Gejala ini dapat terlihat saat pengidap bipolar mulai berbicara. Jika ia berbicara dengan cepat, penuh semangat, dan sering mengubah topik pembicaraan, hal ini menjadi pertanda bahwa pikirannya dipenuhi oleh ide-ide yang beterbangan.

Itulah 10 gejala bipolar menurut psikolog yang bisa kamu deteksi. Jika kamu atau orang-orang di sekelilingmu mengalami gejala tersebut, jangan sungkan untuk menemui dokter atau ahli profesional di bidang kesehatan mental. Perawatan mental sedari dini akan membantu mencegah gangguan bipolar jadi memburuk. (*)

Editor: Yusva Alam

 

 

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *